Sejarah Para Nabi dalam Menyebarkan
Agama Islam
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ISPAHAYATI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS PERTANIAN
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2012 M / 1433H
Sejarah Para Nabi dalam Menyebarkan Agama Islam
Rukun islam
1.
Mengucap
dua kalimat syahadat
2.
Sembahyang
3.
Puasa
4.
Berzakat
5.
Naik
haji bagi yang mampu
Dikaitkan dengan :
1.
Unsur-unsur
dalam komunikasi
2.
Jenis
komunikasi
3.
Hambatan
dalam komunikasi
4.
Komunikasi
intra personal
Surat
Huud Ayat 50
4n<Î)ur
>%tæ
öNèd%s{r&
#Yqèd
4
tA$s%
ÉQöqs)»t
(#rßç6ôã$#
©!$#
$tB
Nà6s9
ô`ÏiB
>m»s9Î)
ÿ¼çnçöxî
(
÷bÎ)
óOçFRr&
wÎ)
crçtIøÿãB
ÇÎÉÈ
Artinya :
“Dan kepada kaum A’ad ( kami utus )saudara mereka Huud ia berkata
“Hai kaum ku, sembahlah tuhan selain Allah, sekali-kali tidak ada bagi mu Tuhan
selain Dia , kamu hanyalah mengada-adakan saja” .
Ayat diatas bersumber dari Al-quran surah Huud ayat 50 yang mana ayat tersebut berpesan bahwa
kita harus menyembah Tuhan selain Allah SWT seperti tertera pada rukun Islam
yang pertama. Oleh Nabi Ayat tersebut disalurkan/ditujukan
kepada kaum A’ad Huud yang mana kaum
A’ad adalah sebagai penerima pesan . Tetapi efek balik/tanggapan dari kaum A’ad tidak sesuai yang diinginkan, seperti
perkataan kaum A’ad yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Huud ayat : 87.
(#qä9$s%
Ü=øyèà±»t
è?4qn=|¹r&
âæDù's?
br&
x8çøI¯R
$tB
ßç7÷èt
!$tRät!$t/#uä
÷rr&
br&
@yèøÿ¯R
þÎû
$oYÏ9ºuqøBr&
$tB
(#às¯»t±nS
(
¨RÎ)
|MRV{
ÞOÎ=yÛø9$#
ßÏ©§9$#
ÇÑÐÈ
Artinya :
“Mereka
berkata: "Hai Syu'aib, apakah agama mu yang menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah
orang yang sangat Penyantun lagi berakal."
Komunikasi diatas mereka ucapkan secara verbal
yaitu dengan menggunakan kata-kata yang bertujuan mengejek Nabi Syu’aib As.
Lalu Syu;aib pun menjawab dalam firman Allah SWT, dalam surat Huud ayat : 88.
tA$s% ÉQöqs)»t óOçF÷uäur& bÎ) àMZä. 4n?tã 7poYÉit/ `ÏiB În1§ ÓÍ_s%yuur çm÷ZÏB $»%øÍ $YZ|¡ym 4 !$tBur ßÍé& ÷br& öNä3xÿÏ9%s{é& 4n<Î) !$tB öNà69yg÷Rr& çm÷Ztã 4 ÷bÎ) ßÍé& wÎ) yx»n=ô¹M}$# $tB àM÷èsÜtGó$# 4 $tBur þÅ+Ïùöqs? wÎ) «!$$Î/ 4 Ïmøn=tã àMù=©.uqs? Ïmøs9Î)ur Ü=ÏRé& ÇÑÑÈ
Artinya :
” Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika Aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya Aku dari pada-Nya
rezki yang baik (patutkah Aku menyalahi perintah-Nya)? dan Aku tidak
berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang Aku larang. Aku tidak
bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama Aku masih berkesanggupan. dan
tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah
Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali”.
Komunikasi atau
jawaban Nabi Syu’aib tersebut dengan menggunakan komunikasi non Vorbal yaitu
komunikasi yang menggunakan basa tubuh yang mana dia hanya bias bertawakal
kepada Allah SWT, atas apa yang telah dibrikan Allah SWT kepada nya.
Berbangai hambatan dilalui oleh Nabi Huud dan Syu’aib dalam
menyebarkan agama Allah SWT diantara nya hambatan dari proses
seperti firman Allah yang terdapapat dalam Al-Qur’an surat Huud ayat 10 yang
berbunyi :
÷ûÈõs9ur çm»oYø%sr& uä!$yJ÷ètR y÷èt/ uä!#§|Ê çm÷G¡¡tB £`s9qà)us9 |=yds ßN$t«Íh¡¡9$# ûÓÍh_tã 4 ¼çm¯RÎ) ÓyÌxÿs9 îqãsù ÇÊÉÈ
Artinya :
“Dan jika kami
rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan
berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; Sesungguhnya
dia sangat gembira lagi bangga”.
Lalu kaum A’ad menjawab dengan nada tidak mengerti atas apa yang
dikatakan oleh Nabi Syu’aib ini nikatakan dengan hmbatan piskologis yaitu
perbedaan harapan antara pengirim dan penerima. Seprti perkataan kaum A’ad
dalam firman Allah surat Huud ayat : 91
(#qä9$s% Ü=øyèà±»t $tB çms)øÿtR #ZÏVx. $£JÏiB ãAqà)s? $¯RÎ)ur y71ut\s9 $uZÏù $ZÿÏè|Ê ( wöqs9ur y7äÜ÷du y7»oY÷Hsdts9 ( !$tBur |MRr& $uZøn=tã 9ÌyèÎ/ ÇÒÊÈ
Artinya :
“Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti
tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya kami benar-benar melihat
kamu seorang yang lemah di antara Kami; kalau tidaklah Karena keluargamu
tentulah kami Telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang
berwibawa di sisi kami."
Selain dari
hambatan-hambtan diatas masih banyak hambatan yang di laluinya seperti efek
balik atau tanggapan dari kaum A’ad tidak sesuai yang di harap kan nabi Huud
dan Syu’aib, walaupun demikian Nabi Huud dan Syu;aib tidak pernah menyerah dan
putus asa dalam menyebarkan agama Allah SWT, mereka tetap berusaha dan sabar
bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbuat kebaikan,
seperti firman Allah SWT dalam surta Huud ayat 115.
÷É9ô¹$#ur ¨bÎ*sù ©!$# w ßìÅÒã tô_r& tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÊÎÈ
Artinya :
“Dan bersabarlah, Karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Kenyakinan Nabi Syu’aib dan Nabi Huud atas apa yang
telah dijanji kan Allah SWT kepada nya kita lihat dari perjuangan nya
menyampaikan agama Allah SWT yang tiada henti-hentinya dan beribadah bkepada
Allah SWT dengan tulus dan iklas. Kenyakina hati para Nabi ini di sebut dengan
komunikasi intra personal yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri meyakini sepenuh
hati bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammada adalah utusan Allah, dengan
mengerjakan semua perintah -Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Terutama kita
harus mendirikan shalat lima waktu itulah cara kita bekomunikasi dengan Allah
SWT, sesuai dengan surat ayat : 114
ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ÇnûtsÛ Í$pk¨]9$# $Zÿs9ãur z`ÏiB È@ø©9$# 4 ¨bÎ) ÏM»uZ|¡ptø:$# tû÷ùÏdõã ÏN$t«Íh¡¡9$# 4 y7Ï9ºs 3tø.Ï úïÌÏ.º©%#Ï9 ÇÊÊÍÈ
Artinya :
“Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.
KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang bermakna bagi
kedua belah pihak dengan menggunakan media tertentu untuk merubah sikap
seseorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
Dari cerita
singkat di atas bisa kita lihat bahwa komunikasi itu tidak hanya di lakukan
dari satu orang ke orang lain saja, tetapi dengan kita mengerjakn
perbuatan-perbuatan yang diridhai Allah SWT seperti terdapat pada rukun Islam salah
satunya mengerjakan shalat. Bila seseorang telah melaksanakan perintah Allah
tersbut secara tidak langsung bahwa orang tersebut telah bekomunikasi dengan
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar