Juz
12 yang dikaitkan dengan Rukun Islam serta Teori Komunikasi
“Ni’mat-ni’mat Allah SWT yang
diingkari Manusia”
Oleh:
Cut Ega Savita
NIM:
1205102010006
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH
TAHUN
AJARAN 2012/2013
“Dan
jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian
rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.”
Setiap
manusia diciptakan untuk bisa menjalani kehidupannya sesuai dengan perintah
Allah, dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dalam menjalani kehidupan, manusia
selalu diwajibkan untuk bersyukur atas ni’mat ni’mat yang telah Allah berikan,
bisa dalam bentuk shalat (yang termasuk kedalam rukun islam yang kedua). Shalat
merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi kepada Allah, bagaimana seorang
hamba menyampaikan do’a dan syukur didalamnya shalat. Komunikasi ini bisa
disebut sebagai komunikasi intra personal. Kita menyampaikan do’a dari hati
kita dengan kekhusyukan dan kesungguhan kita dalam meminta kepada Allah SWT,
karena hanya do’a adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah, hanya
menggunakan satu-satunya media yang diberikan Allah dalam menuntun kita untuk
berkomunikasi kepada-Nya yaitu Al-qur’an.
Dalam
kehidupan, Allah pasti akan menguji hamba-Nya dengan berbagai cobaan yang
tentunya tidak melebihi batas kemampuan
hamba-Nya dengan tujuan manusia harus selalu mengingat dan terus
bertawakkal kepada Allah. Tetapi ada sebagian manusia ketika sedang diuji,
mereka merasa tidak adil atas cobaan yang diberikan dan mulai mengabaikan
akidah-akidah serta ajaran-ajaran Allah, dan tanpa mereka sadari mereka telah
merusak tauhid didalam diri mereka, dan berdampak kepada bagaimana mereka
melakukan komunikasi dengan Allah.
Dalam
teori komunikasi, ini termasuk ke dalam hambatan komunikasi yaitu hambatan
psikologis, perbedaan nilai dan harapan antara pengirim dan penerima, yang
artinya Tuhan mengharapkan agar hamba-Nya bertakwa dan beriman kepada-Nya dan
manusia mengharapkan kepada Allah agar selalu diberi ni’mat. Akan tetapi ketika
diberikan cobaan oleh Allah SWT,sebagai contoh ketika seseorang dihadapkan
dengan permasalahn internal yang rumit dan tidak mampu lagi menyelesaikannya
dia memilih untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
“Dan jika Kami rasakan
kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan
berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku"; sesungguhnya
dia sangat gembira lagi bangga”
“kecuali orang-orang
yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu
beroleh ampunan dan pahala yang besar.”
Allah
akan mencabut cobaan dari seorang hamba-Nya tetapi pahala maupun ampunan
semuanya tergantung dengan cara orang tersebut menghadapi cobaan. Bagi
orang-orang yang sabar mereka akan diberi ampunan dan pahala, bagi yang
menyimpang terhadap Allah SWT maka akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan yang
diperbuat.
“Dan sesungguhnya jika
Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan.
niscaya mereka akan berkata: "Apakah yang menghalanginya?" lngatlah,
diwaktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka
dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu
memperolok-olokkannya.”
Pada
ayat diatas jelas dikatakan bahwa aka nada pembalasan atas setiap perbuatan
yang dilakukan atau bisa disebut feedback, dalam ilmu komunikasi yaitu
isyarat/tanggapan baik itu positif maupun negatif.
“Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan.”
“Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan”
Feedback/respon
sesuai dengan apa yang disampaikan. Manusia yang mengejar duniawi akan
diberikan ni’mat duniawi oleh Allah SWT, sesuatu yang dilakukan untuk duniawi akan
mendapat feedback/ respon duniawi pula. Tetapi manusia yang hanya mengejar
duniawi saja adalah orang yang merugi, tidak ada pembekalan amal untuk
diakhirat nanti.
Manusia
diciptakan atas kehendak Allah dan manusia menjalani kehidupannya sesuai dengan
perintah Allah. Manusia dberikan ni’ma didunia merupakan 2 arti, yaitu sebagai
cobaan iman dan ni’mat atas perbuatannya yang diridhai oleh Allah SWT. Sebagai cobaan
iman yaitu ketika seseorang diberikan harta yang berlimpah oleh Allah, di diuji
keimanannya. Apakah ia menginfakkan sedikit hartanya kepada orang yang
membutuhkan seperti yang diperintahkan Allah yang telah tertulis didalam Al-qur’an?
Apakah ia tetap terus mengucap syukur kepada Allah melalui komunikasi intra
personal yaitu berdo’a? jika melakukannya maka ia akan diberikan ni’mat yang
berlipat ganda oleh Allah SWT yaitu jauh dari siksaan api neraka.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri
kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal
di dalamnya.”
Orang-orang
yang melaksanakan shalat, puasa, meyakini dan mengaku adanya Allah SWT serta
menunaikan zakat dan haji merupakan orang-orang yang akan dijadikan penghuni surga.
Bagi siapa yang beriman kepada Allah SWT, mampu menegakkan tiang agama dengan
cara menfasilitasi diri dengan pedoman yang Allah berikan yaitu Al-qur’an
sebagai media komunikasi kepada-Nya maka ialah orang-orang yang beruntung
diberikan kenikmatan atas perbuatan-perbuatan mulianya.
“Dan
dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat.”
“Dan
bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat kebaikan”
|
Senin, 22 Oktober 2012
ni'mat-ni'mat Allah SWT yang diingkari manusia. oleh: cut ega savita (1205102010006)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar